Cargo Centrals memperkenalkan aplikasi untuk proses pengiriman barang antar pulau | PT. Equityworld Futures Pusat
Digitalisasi proses ini diklaim sebagai salah satu cara mendukung tumbuh-kembang industri e-commerce yang diproyeksikan membesar beberapa tahun ke depan. "Pada Januari 2017 nanti kita bakal mengusung sistem C2C jadi konsumen tinggal mengirim dan mengambil kargo di kantor Cargo Centrals sehingga ga perlu repot-repot lagi ke bandara.
"Bandingkan saja di Indonesia ini biaya logistik terhadap GDP mencapai 25 persen. Itu besar sekali. Aplikasi ini jadi fokus agar industri jadi lebih efisien.Beban logistik dalam negeri selama ini cukup tinggi lantaran tiga faktor yaitu transportasi, inventori, serta administrasi yang menelan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Itu sebabnya, Kominfo terlihat begitu mendorong pemanfaatan teknologi oleh perusahaan seperti Cargo Centrals.
Salah satu pendiri sekaligus COO Cargo Centrals Ferry Nurswardi mengklaim penggunaan aplikasi yang mereka luncurkan hari ini dapat menghemat ongkos kirim via udara hingga 20 persen. Angka tersebut diperoleh dari pemotongan proses konvensional yang melelahkan dan mengalihkannya ke aplikasi.
"Aplikasi ini tergolong baru tapi semua agen airline bisa cross-selling ke seluruh daerah di Indonesia.Cross-selling sendiri merupakan bentuk pengapalan dua arah di mana sebuah angkutan pengiriman kargo yang pulang dari tujuan antar dapat mengangkut kargo lain sewaktu kembali ke daerah asal.
Peran digital dalam berbagai industri disadari kian besar sehingga mendorong Cargo Centrals memperkenalkan aplikasi untuk memudahkan proses pengiriman barang antar pulau. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara yang hadir dalam peluncuran layanan kargo di Gedung Kominfo, Rabu (26/10), menyebut pemanfaatan aplikasi akan memangkas biaya untuk efisiensi industri logistik.
Saat ini Cargo Centrals yang berfokus di jasa pengiriman kargo via udara telah terhubung ke 10 bandara di 10 provinsi Indonesia. Namun mereka berambisi memperluas jangkauannya ke 34 provinsi serta bentuk layanannya.
Digitalisasi proses ini diklaim sebagai salah satu cara mendukung tumbuh-kembang industri e-commerce yang diproyeksikan membesar beberapa tahun ke depan. "Pada Januari 2017 nanti kita bakal mengusung sistem C2C jadi konsumen tinggal mengirim dan mengambil kargo di kantor Cargo Centrals sehingga ga perlu repot-repot lagi ke bandara.
"Bandingkan saja di Indonesia ini biaya logistik terhadap GDP mencapai 25 persen. Itu besar sekali. Aplikasi ini jadi fokus agar industri jadi lebih efisien.Beban logistik dalam negeri selama ini cukup tinggi lantaran tiga faktor yaitu transportasi, inventori, serta administrasi yang menelan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Itu sebabnya, Kominfo terlihat begitu mendorong pemanfaatan teknologi oleh perusahaan seperti Cargo Centrals.
Salah satu pendiri sekaligus COO Cargo Centrals Ferry Nurswardi mengklaim penggunaan aplikasi yang mereka luncurkan hari ini dapat menghemat ongkos kirim via udara hingga 20 persen. Angka tersebut diperoleh dari pemotongan proses konvensional yang melelahkan dan mengalihkannya ke aplikasi.
"Aplikasi ini tergolong baru tapi semua agen airline bisa cross-selling ke seluruh daerah di Indonesia.Cross-selling sendiri merupakan bentuk pengapalan dua arah di mana sebuah angkutan pengiriman kargo yang pulang dari tujuan antar dapat mengangkut kargo lain sewaktu kembali ke daerah asal.
Peran digital dalam berbagai industri disadari kian besar sehingga mendorong Cargo Centrals memperkenalkan aplikasi untuk memudahkan proses pengiriman barang antar pulau. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara yang hadir dalam peluncuran layanan kargo di Gedung Kominfo, Rabu (26/10), menyebut pemanfaatan aplikasi akan memangkas biaya untuk efisiensi industri logistik.
Saat ini Cargo Centrals yang berfokus di jasa pengiriman kargo via udara telah terhubung ke 10 bandara di 10 provinsi Indonesia. Namun mereka berambisi memperluas jangkauannya ke 34 provinsi serta bentuk layanannya.
Menkominfo dorong aplikasi untuk logistik | PT. Equityworld Futures Pusat
Kinerja logistik Indonesia saat ini juga tercermin dari Indeks Kinerja Logistik (Logistic Performance Index/LPI) yang mengalami penurunan. Bila pada 2014, secara kumulatif, Indonesia berada di skor angka 3,08, maka pada 2016 turun menjadi 2,98. Hal ini juga menurunkan peringkat dari 53 menjadi 63.
Ia mengasumsikan misalnya GDP di Indonesia sekitar 900 miliar dolar AS, maka biaya logistik sendiri bisa mencapai 200 miliar dolar. Jumlah yang besar dalam GDP. "Kalau negara-negara yang baik itu, tidak lebih dari 15 persen, antara 11 sampai 15 persen," katanya.
Untuk saat ini, menurut dia, ada sepuluh bandara yang telah digunakan untuk pengiriman barang yaitu di Bandara Soekarno Hatta (Cengkareng), Husein Sastranegara (Bandung), Kuala Namu (Medan), Sultan Aji Muhammad (Balikpapan), Sultan Hasanuddin (Makassar), Sam Ratulangi (Manado), Ngurah Rai (Bali), Sentani (Papua), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru).
Menteri mengatakan, untuk masalah infrastruktur transportasi, pemerintah terus berpacu melaksanakan pembangunan baik jalan raya, pelabuhan, bandara, tol laut serta sarana infrastruktur lainnya. Begitu pula dengan upaya pemberantasan pungli di berbagai instansi.
Sementara biaya logistik, menurut Menteri, terdiri dari tiga komponen, transportasi, inventory (penyimpanan) dan administrasi. Inventory merupakan komponen terbesar dalam sektor logistik.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mendorong pengembangan aplikasi untuk logistik guna meningkatkan efisiensi dan mengurangi ekonomi biaya tinggi. Menteri, dalam acara peresmian platform aplikasi untuk logistik, cargo centrals, di Kementerian Komunikasi dan Informatika di Jakarta, Rabu, mengemukakan, logistik saat ini menjadi salah satu isu ekonomi biaya tinggi (high cost economy).
Ia mengatakan, proporsi biaya logistik di Indonesia mencapai 25 persen dari GDP Indonesia. Angka tersebut, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara maju, bahkan negara tetangga Malaysia yang kini berada di angka belasan persen. Hal ini menunjukkan logistik masih belum efisien.
Hal inilah yang, menurut menteri, dapat menjadi perhatian bagi para pengembang aplikasi. Melalui aplikasi yang tepat, maka biaya logistik dapat diturunkan, berbagai biaya yang tidak perlu dapat dihilangkan baik pungli maupun calo karena transparan.
Untuk itu, ia pun mengapresiasi adanya aplikasi cargo centrals yang memfokuskan pada masalah logistik. Ia berharap muncul banyak aplikasi terkait hal ini, sehingga logistik menjadi lebih efisien. "Ini luar biasa, jangan hanya satu cargo centrals, tapi bikin aplikasi-aplikasi yang sejenis, untuk mengaddress (mengurai) miliaran dolar potensi bisnis di situ," katanya.
Sementara itu, salah satu Pendiri yang juga Chief Operating Officer Cargo Centrals Ferry Noorsuardi mengatakan, aplikasi platform cargo centrals saat ini diharapkan dapat memenuhi layanan logistik bagi semua kalangan di masyarakat. Melalui layanan tersebut, menurut dia, maka masayarakat dapat melihat secara langsung harga airline dan memilih sendiri airline pengiriman barang.
Kinerja logistik Indonesia saat ini juga tercermin dari Indeks Kinerja Logistik (Logistic Performance Index/LPI) yang mengalami penurunan. Bila pada 2014, secara kumulatif, Indonesia berada di skor angka 3,08, maka pada 2016 turun menjadi 2,98. Hal ini juga menurunkan peringkat dari 53 menjadi 63.
Ia mengasumsikan misalnya GDP di Indonesia sekitar 900 miliar dolar AS, maka biaya logistik sendiri bisa mencapai 200 miliar dolar. Jumlah yang besar dalam GDP. "Kalau negara-negara yang baik itu, tidak lebih dari 15 persen, antara 11 sampai 15 persen," katanya.
Untuk saat ini, menurut dia, ada sepuluh bandara yang telah digunakan untuk pengiriman barang yaitu di Bandara Soekarno Hatta (Cengkareng), Husein Sastranegara (Bandung), Kuala Namu (Medan), Sultan Aji Muhammad (Balikpapan), Sultan Hasanuddin (Makassar), Sam Ratulangi (Manado), Ngurah Rai (Bali), Sentani (Papua), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru).
Menteri mengatakan, untuk masalah infrastruktur transportasi, pemerintah terus berpacu melaksanakan pembangunan baik jalan raya, pelabuhan, bandara, tol laut serta sarana infrastruktur lainnya. Begitu pula dengan upaya pemberantasan pungli di berbagai instansi.
Sementara biaya logistik, menurut Menteri, terdiri dari tiga komponen, transportasi, inventory (penyimpanan) dan administrasi. Inventory merupakan komponen terbesar dalam sektor logistik.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mendorong pengembangan aplikasi untuk logistik guna meningkatkan efisiensi dan mengurangi ekonomi biaya tinggi. Menteri, dalam acara peresmian platform aplikasi untuk logistik, cargo centrals, di Kementerian Komunikasi dan Informatika di Jakarta, Rabu, mengemukakan, logistik saat ini menjadi salah satu isu ekonomi biaya tinggi (high cost economy).
Ia mengatakan, proporsi biaya logistik di Indonesia mencapai 25 persen dari GDP Indonesia. Angka tersebut, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara maju, bahkan negara tetangga Malaysia yang kini berada di angka belasan persen. Hal ini menunjukkan logistik masih belum efisien.
Hal inilah yang, menurut menteri, dapat menjadi perhatian bagi para pengembang aplikasi. Melalui aplikasi yang tepat, maka biaya logistik dapat diturunkan, berbagai biaya yang tidak perlu dapat dihilangkan baik pungli maupun calo karena transparan.
Untuk itu, ia pun mengapresiasi adanya aplikasi cargo centrals yang memfokuskan pada masalah logistik. Ia berharap muncul banyak aplikasi terkait hal ini, sehingga logistik menjadi lebih efisien. "Ini luar biasa, jangan hanya satu cargo centrals, tapi bikin aplikasi-aplikasi yang sejenis, untuk mengaddress (mengurai) miliaran dolar potensi bisnis di situ," katanya.
Sementara itu, salah satu Pendiri yang juga Chief Operating Officer Cargo Centrals Ferry Noorsuardi mengatakan, aplikasi platform cargo centrals saat ini diharapkan dapat memenuhi layanan logistik bagi semua kalangan di masyarakat. Melalui layanan tersebut, menurut dia, maka masayarakat dapat melihat secara langsung harga airline dan memilih sendiri airline pengiriman barang.
Kominfo dorong biaya logistik bisa ditekan | PT. Equityworld Futures Pusat
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara mengatakan, salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya disparitas harga di daerah adalah biaya logistik. Oleh karena itu, dia menilai kargo memiliki peran penting dalam menentukan standar harga antar wilayah. "Kita harus bisa menekan biaya logistik.
Katanya, ada tiga komponen penting dalam logistik. Yakni transportasi, penyimpanan (inventory), dan administrasi. Proses dalam ketiga komponen ini turut menyumbang besarnya biaya logistik. Oleh karena itu, lewat pengembangan aplikasi, Rudiantara berharap munculnya transparansi dalam pengelolaan sistem. Sehingga bisa menekan biaya logistik. "Karena transparan, calo gak bisa bermain.
Dia mengatakan proporsi biaya logistik di Indonesia bisa mencapai 25%. Artinya, setiap total pengiriman barang sampai ke tempat tujuan, seperempatnya merupakan biaya logistik. Angka tersebut dinilai masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain yang besarnya hanya belasan persen. Oleh karena itu, perlu ada transparansi dan perbaikan sistem agar sistem logistik menjadi lebih efisien. "Kalau negara yang baik itu tidak lebih dari 15%," katanya.
Kementerian Komunikasi dan Informatika mendorong pentingnya pembangunan infrastruktur telekomunikasi, diantaranya untuk pengembangan jaringan internet. Perkembangan internet dewasa ini turut mengerek bisnis baru, misalnya saja e-commerce, salah satu diantaranya terkait dengan logistik.
Menyadari pentingnya kebutuhan infrastruktur penghubung, pemerintah melakukan sejumlah pembangunan. Mulai dari infrastruktur jalan, kereta, dan tol laut. Selain itu, upaya pemberatasan pungli juga dilakukan. "Ini dilakukan karena inefisiensi di Indonesia karena persoalan logistik," imbuhnya.
PT Equityworld
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara mengatakan, salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya disparitas harga di daerah adalah biaya logistik. Oleh karena itu, dia menilai kargo memiliki peran penting dalam menentukan standar harga antar wilayah. "Kita harus bisa menekan biaya logistik.
Katanya, ada tiga komponen penting dalam logistik. Yakni transportasi, penyimpanan (inventory), dan administrasi. Proses dalam ketiga komponen ini turut menyumbang besarnya biaya logistik. Oleh karena itu, lewat pengembangan aplikasi, Rudiantara berharap munculnya transparansi dalam pengelolaan sistem. Sehingga bisa menekan biaya logistik. "Karena transparan, calo gak bisa bermain.
Dia mengatakan proporsi biaya logistik di Indonesia bisa mencapai 25%. Artinya, setiap total pengiriman barang sampai ke tempat tujuan, seperempatnya merupakan biaya logistik. Angka tersebut dinilai masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain yang besarnya hanya belasan persen. Oleh karena itu, perlu ada transparansi dan perbaikan sistem agar sistem logistik menjadi lebih efisien. "Kalau negara yang baik itu tidak lebih dari 15%," katanya.
Kementerian Komunikasi dan Informatika mendorong pentingnya pembangunan infrastruktur telekomunikasi, diantaranya untuk pengembangan jaringan internet. Perkembangan internet dewasa ini turut mengerek bisnis baru, misalnya saja e-commerce, salah satu diantaranya terkait dengan logistik.
Menyadari pentingnya kebutuhan infrastruktur penghubung, pemerintah melakukan sejumlah pembangunan. Mulai dari infrastruktur jalan, kereta, dan tol laut. Selain itu, upaya pemberatasan pungli juga dilakukan. "Ini dilakukan karena inefisiensi di Indonesia karena persoalan logistik," imbuhnya.
PT Equityworld